Hina tak berasa mengguncang dada
Torehan tinta otakmu tak berharga
Kini mereka marah
Kini mereka murka
Lidahmu tak pernah berkata benar
Langkahmu selalu sesat
Teriakanmu hanya hampa tanpa suara
Itulah wajahmu dalam lukisan mereka
Abstrak tak pernah ku mengerti
Apakah kau akan selalu salah ?
Mungkinkah mereka akan selalu marah ?
Hingga ragamu tersungkur di tanah berdarah
Rapuh dengan politikus yang pintar berbicara
Rapuh dengan Negara tanpa rasa bangga
Kau presidenku
Tak mereka rasa apa yang kau rasa
Mereka hanya bisa memaksa
Mereka hanya bisa berumpama
Kau harus tegar meski dengan tubuh terkapar
Terpenjara dalam istana keresahan
Terjebak dalam pelayaran samudra kejayaan
Kau kan ku kenang
Kau kan selalu menang
Wahai presidenku…
Torehan tinta otakmu tak berharga
Kini mereka marah
Kini mereka murka
Lidahmu tak pernah berkata benar
Langkahmu selalu sesat
Teriakanmu hanya hampa tanpa suara
Itulah wajahmu dalam lukisan mereka
Abstrak tak pernah ku mengerti
Apakah kau akan selalu salah ?
Mungkinkah mereka akan selalu marah ?
Hingga ragamu tersungkur di tanah berdarah
Rapuh dengan politikus yang pintar berbicara
Rapuh dengan Negara tanpa rasa bangga
Kau presidenku
Tak mereka rasa apa yang kau rasa
Mereka hanya bisa memaksa
Mereka hanya bisa berumpama
Kau harus tegar meski dengan tubuh terkapar
Terpenjara dalam istana keresahan
Terjebak dalam pelayaran samudra kejayaan
Kau kan ku kenang
Kau kan selalu menang
Wahai presidenku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar