ALWI TRISNAWAN
Powered By Blogger

Jumat, 26 November 2010

Selasa diJogjakarta

Selasa malang bagi Indonesia
menggetarkan hati
memilukan rasa setiap jawaban yang diberikan ketika bertanya
apa?
apa yang terjadi selasa ini?
kering bebatuan adalah saksi semua pertanyaanku,...

barisan insani telah tersiapkan menyambutmu
siksaan halus baru saja didapat bukan hanya dari cerita
membuat malu memakai baju jika mereka nanti berduka,...

aku tak melihat kemelut lidah api yang menjilat anak kecil bertubuh hitam itu
aku juga tak mendengar gemuruh nyanyian merapi menyanyikan lagu penyiksaan orang tua bermuka keriput itu
aku tak merasakan panas surga debu menghiasi desa itu
aku hanya diam di kota ini,
dengan kemeja hitam dan sepatu baruku
diam dan hanya bisa berbisik lirih ceritakan gelisahku kepada kawan,...

tuhan, adilkah untuk mereka?
kepada siapa kau marah tuhan?

mengapa mereka?
adakah sampul tangan pemberian bunda yang tersisah bagi mereka?
indahkan jika memang ini keharusan takdirmu,...

tumpahkan air mata wahai Indonesia
berikan tanda bahwa bendera masih berkibar pada tempatnya
sucikan jiwa ini untuk melepaskan tanda bencana selanjutnya
bukan karena nasionalisme yang tak lagi ada didada
bukan karena kita telah jauh dari Tuhan kita
bukan juga karena  para dewanya para raja

ini tentang takdir tuhan,
untuk apa bertanya tentang takdir?
jika setiap helaan nafas kita adalah takdir
jika setiap detik waktu kita telah tertulis dalam catatan hidup
ini tentang sejarah yang terkenang oleh anak cucu kita
tertata rapi nantinya hingga duduknya juga merenungi,...

biarkan selasa menjadi irama
dalam hidup berikutnya kita adalah pahlawan peringatan
kita tak terberita,
hingga kau anak kecil, mengenang ayah tak pulang dari ladang gersang,...

biarkan Tuhan,
percayakan DIA,...

Jogjakarta, 12 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar